Nama : Andreas Ludfy Ari Mulia
Npm : 50416813
Kelas : 1 IA 05
Dosen : Widio Purwani
Teknologi
Industri | Teknik Informatika | Universitas Gunadarma 2017
Raden Ajeng Kartini
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat
disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang
tokoh dari suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor
kebangkitan perempuan di Indonesia. Raden
Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ayahnya
bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ibunya bernama
M.A. Ngasirah (Istri Pertama namun bukan istri Utama). Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung
dan tiri. Dari semua saudara sekandung,
Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang diangkat sebagai bupati dalam
usia 25 tahun. Kakak
Kartini bernama Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam
bidang bahasa. Berikut
ini adalah biodata lengkap Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan sebutan R.A Kartini atau Ibu Kartini:
Nama Lengkap:
Raden Ajeng Kartini
Alias : R.A Kartini | Kartini
Tanggal Lahir : Jepara 21 April 1879
Tempat Lahir : Jepara, Jawa Tengah
Ayah : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu : M.A Ngasirah
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Raden Mas Soesalit
Wafat : 17 september 1904
Alias : R.A Kartini | Kartini
Tanggal Lahir : Jepara 21 April 1879
Tempat Lahir : Jepara, Jawa Tengah
Ayah : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu : M.A Ngasirah
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Raden Mas Soesalit
Wafat : 17 september 1904
Buku-buku R.A Kartini
- Habis Gelap Terbitlah Terang
Sampul buku versi Armijn Pane.
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door
Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan
judul Habis Gelap Terbitlah Terang;
Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah
seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru,
tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun
juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Pada 1938, buku Habis
Gelap Terbitlah Terang
diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku
terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu,
surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn
Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku
sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab
pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau
perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi
baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat
87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak
dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot
Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk
menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane,
surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini
pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke
dalam lima bab pembahasan.
- Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin
Sutrisno. Pada
mulanya Sulastin menerjemahkan Door
Duisternis Tot Licht di Universitas Leiden, Belanda, saat ia melanjutkan studi di bidang
sastra tahun 1972. Salah
seorang dosen pembimbing di Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku
kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan sang dosen adalah agar Sulastin bisa
menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna. Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno
versi lengkap Door Duisternis Tot
Licht pun terbit.
Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit
dengan judul Surat-surat Kartini,
Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, judul terjemahan
seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan
Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Sulastin menilai, meski tertulis Jawa,
yang didamba sesungguhnya oleh Kartini adalah kemajuan seluruh bangsa
Indonesia.
Buku terjemahan Sulastin malah ingin menyajikan
lengkap surat-surat Kartini yang ada pada Door Duisternis Tot Licht. Selain diterbitkan dalam Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan
Untuk Bangsanya, terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku Kartini, Surat-surat kepada Ny RM
Abendanon-Mandri dan Suaminya.
- Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat
Kartini adalah Letters from Kartini,
An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia
tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Joost Coté juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada
Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté,
bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi
Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada
dirinya sudah saatnya untuk diungkap.
Buku Letters
from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-surat
Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon.
Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan
Soematrie.
- Panggil Aku Kartini Saja
Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih
memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Buku Panggil
Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data dari
berbagai sumber oleh Pramoedya.
- Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin
Sutrisno memberi
gambaran baru tentang Kartini lewat buku Kartini
Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran
sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk
Abendanon, diterbitkan dalam Door
Duisternis Tot Licht.
Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi yang
sangat maju dalam cara berpikir dibanding perempuan-perempuan Jawa pada
masanya. Dalam surat tanggal 27 Oktober 1902, dikutip bahwa Kartini menulis pada Nyonya
Abendanon bahwa dia telah memulai pantangan makan daging, bahkan sejak beberapa
tahun sebelum surat tersebut, yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang vegetarian. Dalam
kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir.
Padahal, bagian itu menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal
lain yang dimunculkan kembali oleh Sulastin Sutrisno.
- Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sebuah buku kumpulan surat kepada Stella
Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan untuk memperingati 100 tahun
wafatnya. Isinya memperlihatkan wajah lain Kartini. Koleksi surat Kartini itu
dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada
Stella Zeehandelaar 1899-1903.
"Aku Mau ..." adalah moto Kartini.
Sepenggal ungkapan itu mewakili sosok yang selama ini tak pernah dilihat dan
dijadikan bahan perbincangan. Kartini berbicara tentang banyak hal: sosial,
budaya, agama, bahkan korupsi.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar